Sabtu, 20 Juni 2015

FILSAFAT MODERN

I.                   PENDAHULUAN
Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan. Selama dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang menginginkan seluruh kejayaan filsafat dan kebudayaan kembali hadir sebagaimana pernah terjadi pada masa jayanya Yunani kuno. Gerakan tersebut dinamakan renaissance. 2 Renaissance berarti kelahiran kembali, yaitu lahirnya kebudayaan Yunani dan kebudayaan Romawi.3Pada saat itu gejala masyarakat untuk melepaskan diri dari kungkungan dogmatisme Gereja sudah mulai tampak di Eropa. Abad pertengahan manusia tidak bisa berekspresi secara bebas, manusia dininakbobokkan lebih kurang 1000 tahun lamanya.
Pada abad ke 14 dan 15 terutama di Italia muncul keinginan yang kuat, sehingga memunculkan penemuan-penemuan baru dalam bidang seni dan sastra, dari penemuan tersebut sudah memperlihatkan suatu perkembangan baru. Manusia berani berpikir secara baru, antara lain mengenai dirinya sendiri, manusia menganggap dirinya sendiri tidak lagi sebagai viator mundi, yaitu orang yang berziarah di dunia ini, melainkan sebagai faber mundi, yaitu orang yang menciptakan dunianya.
Pada saat itu manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat secara nyata dalam karya-karya seniman zaman renaissance seperti Donatello, Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520, Perugino (1446-1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Dalam bidang penjelajahan terlihat beberapa nama besar seperti Cristopher Colombus (1451-1506) dan Ferdinand Magellan (1480-1521).
Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagipengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak kita tiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan.Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana awal perkembangan  abad modern?

B.     Apa saja pemikiran-pemikiran abad modern?

III.             PEMBAHASAN
A.    Awal Perkembangan abad Modern
                 Kebangkitan kembali ilmu pengetahuan di Benua Eropa ini menandai lahirnya abad modern. Dalam  dengan tuntutan efisiensi kerja yang tinggi, yang diterapkan kepda semua bidang kehidupan[1].
Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni masa Renainsans dan masa pencerahan. Masa Renainsans (abad ke-14 hingg ke-17) dan masa pencerahan (abad ke 18) adalah periode yang menjembatani abad pertengahan ke abad modern.
Akhir abad ke 16 Eropa memasuki abad sangat menentukan dalam dunia perkembangan filsafat, sejak Descartes, Spinoza dan Leibniz mencoba untuk menyusun suatu sistem filsafat dengan dunia yang berpikir dalam pusatnya, yaitu suatu sistem berpikir rasional. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan filsafat, dalam agama rasionalisme adalah lawan autoritas.[2] Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam filsafat berguna sebagai teori pengetahuan.
Sejarah rasionalisme pada esensialnya sudah ada sejak Thales ketika merumuskan filsafatnya, kemudian pada kaum sofis dalam melawan filsafat Socrates, Plato dan Aristoteles, dan beberapa filsuf sesudahnya. Dalam abad modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene Descartes. sebab Descarteslah orang yang membangun fondasi filsafat jauh berbeda bahkan berlawanan dengan fondasi filsafat abad pertengahan. Dasar filosofis utama Descartes adalah bahwa perkembangan filsafat sangat lambat bila dibandingkan dengan laju perkembangan filsafat pada zaman sebelumnya. Ia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambatnya perkembangan filsafat. Descartes ingin melepaskan dari dominasi gereja dan mengembalikan pada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.
Paham yang berlawanan dengan rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan pengalaman dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Dalam menguatkkan doktrinya, empisme mengembangkan dua teori, yaitu teori tentang makna yang begitu tampak pada pemikiran J. Locke dalam buku An Essay concerning human understanding ketika ia menentang innate idea (ide bawaan) rasionalisme Descartes. Teori tentang makna kemudian dipertegas oleh D. Hume dalam bukunya Treatise of human nature dengan cara membedakan antara idea dan kesan (impression). Pada abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak. Filsafat empirisme tentang teori makna berdekatan dengan positivisme logis. Oleh karena itu, bagi penganut empirisis jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama. Teori kedua yaitu teori pengetahuan, menurut pengikut rasionalisme ada bbeberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian mempunyai sebab, seperti dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat institusi rasional. Empirisme menolak pendapat seperti itu, mereka menganggap bahwa kebenaran hanya aposteriori yaitu pengetahuan melalui observasi. Tokoh empirisme yang eksis mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume dan H. Spencer.
Rasionalisme dan empirisme dalam pandangan kritisisme sudah terjebak pada paham eklusivisme, ke dua aliran ini sama-sama mempertahankan kebenaran, seperti rasionalisme mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, sementara empirisme mengatakan sumber pengetahuan adalah pengalaman, padahal masing-masing aliran ini memiliki kelemahan-kelemahan. Dalam kondisi seperti itu Immanual Kant tampil untuk mendamaikan kedua aliran tersebut, menurut Kant bahwa pengetahuan merupakan hasil kerja sama dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan ‘keaktifan akal budi’. Pengalaman inderawi merupakan unsur aposteriori (yang datang kemudian), akal budi merupakan unsur apriori (yang datang lebih dulu). Empirisme dan rasionalisme hanya mementingkan satu dari dua unsur.
Revolusi kopernikan yang telah diadakan Kant dalam bidang filsafat dengan kritisismenya, diteruskan dengan lebih radikal lagi oleh pengikutnya. 11 Para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasannya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu dicari suatu sistem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan. Para idealis dalam hal ini tidak sepakat dengan Kant dan mereka menyangkal adanya ‘das ding an sich’ (realitas pada dirinya). Menurut mereka, Kant jatuh dalam kontradiksi dengan mempertahankan ‘das ding an sich’. Menurut Kant sendiri penyebab merupakan salah satu katagori akal budi dan akibatnya tidak boleh disifatkan pada das ding an sich. Karena alasan-alasan serupa itu para idealis mengesampingkan ‘das ding an sich’. Menurut pendapat mereka tidak ada suatu realitas pada dirinya atau suatu realitas yang objektif. Realitas seluruhnya merupakan hasil aktivitas suatu subjek, yang dimaksud subjek di sini bukan subjek perorangan melainkan subjek absolut. Pemikiran idealisme dikembangkan oleh Fichte dengan idealisme subjektif, Schelling dengan idealisme objektif dan Hegel dengan idealisme mutlak.
Perkembangan filsafat idealisme yang menyetarafkan realitas seluruhnya dengan roh atau rasio menuai pesimisme dengan lahirnya positivisme. Aliran ini mulanya dikembangkan oleh A. Comte, menurut positivisme pengetahuan tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta, untuk itu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa bagi aliran ini, sehingga mereka menolak metafisika dan mengutamakan pengalaman, meskipun positivisme mengandalkan pengalaman dalam mendapatkan pengetahuan, namun mereka membatasi diri pada pengalaman objektif saja.
Pada pertengahan abad ke 20 ilmu pengetahuan positif berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Salah satu metode kritis yang berkembang pada waktu itu yaitu munculnya filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir kritis. Fenomenologi adalah metode yang diperkembangkan oleh Edmund Husserl berdasarkan ide-ide gurunya Franz Brentano.
Sementara di Amerika salah satu aliran filsafat berkembang adalah aliran pragmatisme. Aliran ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dan bermanfaat secara praktis. Ide aliran pragmatisme berasal dari William James, pemikiran James pada awalnya sederhana karena James melihat bahwa telah terjadi pertentangan antara ilmu pengetahuan dengan agama sehingga tujuan kebenaran orang Amerikan terlalu teoritis, ia menginginkan hasil yang kongkret, untuk menemukan esensi tersebut maka harus diselidiki konsekwensi praktisnya.
Filsafat kadang kala lahir tidak selamanya dalam keadaan normal, salah satunya adalah eksistensialisme. Lahirnya eksistensialisme berangkat dari suatu krisis kemanusiaan akibat perang dunia I terutama di Eropa barat, dalam bidang filsafat eksistensialisme mengkritik paham materialisme yang menganggap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi subjek. Manusia berpikir, berkesadaran inilah yang tidak disadari oleh materialisme. Dengan demikian manusia dalam pandangan materialisme melulu menjadi objek. Sementara idealisme sebaliknya, berpikir dan berkesadaran dilebih-lebihkan sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran. Idealisme dalam hal ini hanya memandang manusia sebagai subjek. Aliran ini dikembangkan oleh Soren Kierkegaard kemudian diteruskan oleh Jean Paul Sartre.
                                        
1.    Renainsans
             Jembatan antara abad pertengahan dan zaman modern adalah zaman yang disebut renesance, “kelahiran kembali” berasal dari bahasa Perancis yang merupakan terjemahan dari bahasa Italia. Zaman modern awal dimotori oleh gerakan Renainsans. Pergolakan kultur dalam perkembangan epistemologi zaman ini mulai ditandai dengan adanya pengaruh renainsans yang mengawali proses peralihan dari kebudayaan abad pertengahan menjadi suatu abad modern.
                   Zaman ini menggambarkan manusia sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas berkembang secara kritis dan sangat tajam. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usahanya sendiri dengan tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada zaman renainsans ini. Ilmu pengetahuan yang paling berkembang cepat pada zaman ini adalah astronomi dan ilmu alam. Tokoh-tokohnya yang terkemal antara lain:
a)    Nicolao Bernardo Machiavelli (1469-1527)
              Ini disebut sebagai bapak ilmu politik atau ilmu negara modern.Machiavelli berusaha untuk mengadakan pemikiran mengenai politik dan negara seperti yang dilakukan pada ilmu-ilmu alam. Maksudnya adalah guna memperoleh kepastian-kepastian di dalam politik.
b)   Gallileo Gallilei (1564-1642)
              Dia adalah matematikus yang meletakkan dasar fisika modern. Ia menerima pendapat Copernicus dan sekaligus menentang pandangan gereja yang bersifat geosentris. Gallileo-Gallilei membuat teropong bintang yang besar pada saat itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renainsans ini.
              Langkah-langkah Gallileo ini menanamkan pengaruh besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern. Hal ini disebabkan karena ia telah menunjukkan beberapa hal, seperti pengamatan (observation), penyingkiran (elimination) segala hal yang tidak teramati, idealisme (abstraction), penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa. Disamping itu, Gallileo juga menganjurkan adanya peramalan (prediction), pengukuran ( measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan-ramalan matematis.
c)    Francis Bacon (1561-1626)
              Dikenal sebagai bapak Empirisme Inggris. Bacon begitu kuat dipengaruhi oleh Renainsans. Ia menganjurkan pendekatan induktif untuk menemukan kebenaran. Prosedur metode induktif ditetapkan dengan langkah-langkah yang pasti dan jelas untuk membuat percobaan dan menarik kesimpulan dari percobaan tersebut untuk diuji dalam  percobaan yang lebih jauh.[3]
2.    Pencerahan
                    Pergolakan pemikiran yang menandai adanya pergolakan kultural dalam sejarah epistemologi zaman ini diwarnai dengan lahirnya gerakan pencerahan . pencerahan sebagai sebuah gerakan kultural zaman ini, memicu bangkitnya kepercayaan yang makin besar dari manusia mengenai kemampuan pikirannya. Melalui gerakan ini, Rasionalisme dan Empirisme berkembang pesat. Manusia menjadi sadar bahwa dengan pikirannya ia akan mampu membangun dunia, masyarakat, dan sejarah.
                   Kepercayaan ini telah melahirkan sebuah gerakan yang ingin mewujudkan perubahan-perubahan baru. Zaman pencerahan ini menandai munculnya pemikiran-pemikiran baru dalam bidang politik, kenegaraan, sastra, serta pemikiran keagamaan. Zaman pencerahan ini menunjukkan bahwa orang sudah menjadi makin kritis terhadap agama, khususnya terhadap institusi agama. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan “kemerdekaan” karena manusia mau melepaskan diri dari belenggu sistem keagamaan dan legitimasi supranatural. Tujuannya adalah supaya kehidupan manusia dapat dibangun sepenuhnya di atas dasar kepercayaan kepad potensi yang ada pada dirinya dan alamnya. Ciri perkembangan gerakan ini lebih bersifat serba rasional, natural, dan intelektual. Zaman ini ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir besar diantaranya:
a)      Immanuel Kant (1724-1804)
            Ia seorang ilmuan, filsuf, dan teolog. Tidak mustahil perkembangan pemikirannya sangat dipengaruhi oleh kenyataan tersebut. Ia mengawali programnya ini dengan melakukan pengkajian secara mendasar untuk menemukan kepastian-kepastian bagi perkembangan pengetahuan. Melalui ini dapat dikembangkan suatu penataan epistemologi yang sifatnya utuh.Tema pokok yang sangat menonjol dalam pemikiran immanuel kant adalah rasio murni. Menurut kant, untuk mengetahui dasar kepastian, orang perlu mengenal lebih dahulu hakikat inti pengetahuan itu sendiri yaitu noumeon atau objek pada dirinya sendiri sebagai hal yang tidak dapat diketahui.
b)    Georg Wihelm Friedrich Hegel (1770-1831)
            Perkembangan pemikiran hegel tampaknya sebagai reaksi terhadap situasi kultural zamannya.Menurut hegel, akal budi harus dapat merealisasikan dirinya tanpa halangan apa pun. Akal budi tidak perlu lagi kritis terhadap dirinya, ia harus menjadi “ afirmatif” (membenarkan dan menyatakan dirinya), karena pada hakikatnya akal budi telah mencapai kesempurnaan pada dirinya, yakni kesempurnaan roh. Tema-tema besar yang dikembangkan dalam pemikiran hegel adalah: Geist (jiwa, budi) , dialektika, dan sejarah. Menurut hegel, roh (Geist) adalah sang Mahasemesta melalui jalan dialektika, roh membentuk sejarah alam, sejarah manusia, dan sejarah kebudayaan.
            Berbagai pemikiran yang berkembang pada zaman Renainsans dan pencerahan pada akhirnya terpadu dalam cara berfikir dan menyelesaikan masalah dengan menekankan pada: pengamatan, pola argumen yang rasional (rasionalitas), dan metode presentasi dan kalkulasi ( empiris-eksperimental dan kuantitatif). Perkembangan paradigma berpikir ilmiah itu melahirkan tiga gerakan baru yang memacu perkembangan dinamis masyarakat modern, yaitu: (1) berkembangnya kapitalisme, (2) penemuan sublektivitas manusia modern, dan (3) rasionalisme.[4]


B.     Dieara filsafat modern munculnya berbagai aliaran-aliran pemikiran yaitu diantaranya:
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat barat pada abad ke-17 hingga awal abad ke-20, sekaligus menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme. Zaman filsafat modern dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka di zaman Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin kuat, sehingga tidak mudah menentukan mulai dari kapan Filsafat Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance, yang kemudian ditandai lahirnya Masa Modern. Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah perkembangannya. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis, menjadikan segala sesuatunya, terutama di bidang ilmu pengetahuan, mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian (penganut faham Aristoteles) menguasai seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut. Dari sudut pandang sejarah, pada masa ini Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sinis, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini meliputi beberapa masa berikut tokoh-tokohnya, yaitu:
a.       Renaissance
Kata renaissance ini berasal dari kata bahasa Prancis yang artinya adalah “Kelahiran kembali atau kebangkitan kembali”. Sementara dalam bahasa latin ada kata yang juga menunjuk pada kata pengertian seperti kata Prancis yaitu “Nascientia” yang berarti kelahiran, lahir atau dilahirkan (Nasiar, Natus). Jadi arti dari semua istilah dari berbagai bahasa tadi menunjuk pada suatu gerekan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban. Gerakan ini juga menunjuk pada zaman dimana ditekankan otonomi dan kedaulatan manusia dalam berpikir, berkreasi serta mengembangkan seni dan sastra dan ilmu pengetahuan.
Gerakan ini diterapkan pada periode waktu di Eropa Barat yang merentang dari abad XIV hingga XVI. Dengan adanya kelahiran kembali semangat untuk menghidupi kembali apa yang pernah ada. Orang mulai “come back to basic” untuk mengangkat sekaligus menghargai kemampuan manusia sebagai makhluk rasional, yakni suatu zaman dimana peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung, dan sains mengalami kemajuan. Manusia dipandang sebagai makhluk otonom yang sama sekali tidak menggantungkan diri pada kebenaran iman/wahyu, seperti pada abad pertengahan. Manusia berusaha dengan kekhasanya sebagai makhluk rasional untuk menemukan berbagai kebenaran.
Corak khas dari Renaissance adalah:
1.      Bersifat Individualistis.
Zaman ini boleh dikatakan bahwa orang menemukan dua hal yaitu dunia dan dirinya sendiri. Orang mulai menemukan bahwa pengenalan akan dirinya sendiri merupakan suatu nilai dan sekaligus menjadi kekuatan bagi pribadinya. Penemuan akan kemampuan yang ada pada diri sendiri jusrtu membuka peluang bagi kelanjutan kreatifitas yaang mau dilakukan oleh manusia. Dalam suasana seperti ini muncullah suatu kesadaran akan kemampuan yang didasarkan pada rasio manusia itu sendiri. Perlahan orang mulai masuk pada sikap individualitas, tapi bukan pada arti yang sangat sempit. Melainkan bahwa pencarian kebenaran hendaknya harus dicapai melalui kekuatan sendiri. Beberapa tokoh zaman ini dalam bidang sains, diantaranya; Nikolaus Kopernikus (1473-1543), dengan teorinya bahwa matahari beredar di pusat jagat raya, dan bumi mempunyai dua gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari; Galileo Galilei (1564-1642), dengan teorinya tentang gravitasi; Nicola Machiavelli (1469-1527), dengan teorinya bahwa pemimpin yang di takuti lebih baik dari pemimpin yang dicintai belaka karena ketakutan bisa mencegah timbulnya kecenderungan untuk melawan kekuasaan; dan, Thomas Hobbes (1588-1679) dengan teorinya “Homo homini lupus”, bahwa manusia senantiasa terancam keselamatannya oleh sesamanya. Oleh karena itu manusia memerlukan adanya lindungan dan pusat lindungan itu adalah negara, artinya bahwa negara harus mempunyai kekuasaan mutlak atas warganya.

2.      Bersifat Humanis
Dalam masa renaissance Paham Teosentris mulai bergeser menuju paham antroposentris. Sebuah paradigma yang menitikberatkan pada pemikiran, pengembangan ilmu, dan peradaban pada manusia sebagai pusatnya. Masa Renaissance menjadi dasar pembentukan Filsafat Rasionalisme pada abad 17, dengan tokohnya yang sangat berpengaruh, yakni Rene Descartes. Ia dijuluki sebagai Bapak Filsuf Modern dengan ungkapannya yang terkenal adalah “Cogito Ergo Sum”. Penegasan yang mendasar dari Rene Descartes ini adalah penghargaan terhadap manusia. Menururtnya segala hal boleh kita ragukan namun yang tak perlu diragukan adalah saya yang berpikir tentang segala sesuatu yang berada diluar saya.
b.      Rasionalisme
Rasionalisme adalah mashab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.
Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya oleh Socrates, yang mengajukan sebuah proposisi terkenal bahwa, sebelum manusia memahami dunia maka ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah kekuatan rasio. Para pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filosof diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan rasional. Pandangan ini misalnya disokong oleh Descartes yang menyatakan bahwa pengetahuan sejati hanya didapat dengan menggunakan rasio.
Sejak abad pencerahan, rasionalisme diasosiasikan dengan pengenalan metode matematika (rasionalisme continental). Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descartes, Leibniz, dan Spinoza. Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam hasil karya teknologi industri dan informasi
c.       Idealisme
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran manusia. Dengan kata lain kategori dan gagasan, eksis di dalam ruang kesadaran manusia terlebih dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari pandangan idealism radikal.
Sebagai sebuah tradisi filosofi, idealisme tak bisa dipisahkan dengan gerakan Pencerahan dan filsafat Pasca Pencerahan Jerman. Salah satu tokoh pemikir idealis yang tersohor adalah Immanuel Kant. Melalui bukunya “Critique of pure reason” yang diterbitakan tahun 1781, Kant menentang pendapat tradisi tokoh empiris seperti David Hume dan lain-lainnya. Kant mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman dunia memerlukan kategori dan pandangan yang berada dalam ruang kesadaran manusia. Gagasan Kant yang terkenal adalah ‘idealisme transedental’. Dalam konsep ini Kant berargumen bahwa ide-ide rasional dibentuk tidak saja oleh ‘phenomenal’ tapi juga ‘noumenal’, yakni kesadaran transedental yang berada pada pikiran manusia.
Generasi idealis berikutnya dipelopori oleh George Hegel, dengan mengenalkan “jalan tengah”, sebuah gagasan pendekatan dialektis yang tidak memihak baik gagasan ‘kesadaran mental’ Kant maupun ‘bukti-bukti material’ dari kaum empiris. Pikiran-pikiran Hegel inilah yang kemudian melahirkan konsep ‘spirit’, sebuah konsep yang integral dengan kelahiran tradisi ‘idealisme absolut’.
Sumbangan idealism terhadap ilmu pengetahuan modern sangatlah jelas. Ilmu pengetahuan modern diniscayakan oleh kohesi antara bukti-bukti empiris dan formasi teori. Kaum materialis mendasarkan pemikirannya pada bukti-bukti empiris sedangkan kaum idealis pada formasi teori.
d.      Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah.
Tradisi empiris dipelopori oleh beberapa tokoh dari kalangan ilmuwan berkebangsaan Inggris, seperti John Locke, George Berkeley, dan David Hume.
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengetahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial.

e.       Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu terletak pada nilai kegunaan sesuatu tersebut dalam kehidupan nyata. Sehingga kebenaran sifatnya menjadi tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat kedua.
Tradisi pragmatisme muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental, kemudian menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mazhab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.
Para pelopor aliran ini, diantaranya; William James (1842), dengan pandangan filsafatnya bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, atau berdiri sendiri dari akal yang mengenalnya. Menurutnya James, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan. Kepercayaan agama dia katakan hanya berlaku bagi orang-perorang, dan nilainya subyektif-relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepada orang tersebut suatu hiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damai, keamanan dan sebagainya. Segala macam keagamaan mempunyai nilai yang sama, jikalau akibatnya sama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.
f.       Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx adalah filsuf yang menyusun sebuah teori besar terkait sistem ekonomi, sosial, dan politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis, serta penerapannya pada kehidupan sosial.
Teori Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme sebenarnya bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Sedangkan kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Akibatnya banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi", dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme harus diganti paham komunisme. Sebab bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah dasar munculnya ajaran marxisme.
Dalam mengemukakan teori ini, Marx sangat dipengaruhi oleh Ajaran Hegel. Bahkan sampai saat ini pun kalangan Marxis masih menggunakan terminologi Hegel. Marxisme menjadi landasan banyak filosofi sesudahnya dan menjadi dimensi filosofi zaman modern yang tidak dapat diabaikan begitu saja, salah satu alasannya karena Marxisme merupakan sistem pemikiran yang amat kaya. Marxisme memadukan tiga tradisi intelektual yang masing-masing telah sangat berkembang saat itu, yaitu filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris.
Pada era filsafat juga terdapat aliran-aliran sebagai berikut:
1.      Positivisme                            
Istilah positivisme pertama-pertama digunakan oleh Saint Simon dan baru kemudian disebarkan oleh Auguste Comte. Inti pemikirannya adalah menolak segala pemikiran kefilsafatan dan teologi. Timbulnya positivisme merupakan kelanjutan dari perkembangan zaman modern tengah. Positisvisme, dengan pengaruh dari Evolusionisme, telah menempatkan ilmu-ilmu alam sebagai kekuatan dalam memperkuat cita-cita untuk menguasai hukum-hukum perkembangan. Positivisme telah memacu lahirnya perkembangan ilmu-ilmu positif (sains). Hukum positivisme bersifat membatasi pada dasar hukum-hukum penyebaban dan hukum materialisme sebagai jantung keilmuan. kultur positivisme yang sifatnya materialisme telah membawa akibat besar terhadap pengabaian kodrat hidup dan kehidupan manusia. Kultur positivisme menunjung tinggi ilmu-ilmu fisika alam yang eksperimental (sains) sebagai satu-satunya ilmu pengetahuan.
2.      Evolusionisme
              Evolusionismedisamping berpengaruh terhadap positivisme, juga sangat dipengaruhi oleh positivisme. Evolusionisme mengajarkan bahwa kehidupan kultural baik dibidang ilmu pengetahuan maupun mengenai manusia dan masyarakatnya bersifat evolutif. Tokoh- tokohnya yang sangat terkenal adalah Darwin, Spencer, Huxley, dan lainnya.
              Para pemikir evolusionisme ini berusaha untuk dapat menemukan hukum-hukum perkembangan alam dengan pasti. Perkembangan evolusionisme ini kemudian hari telah membuat ilmuan untuk mengadakan perbedaan antara evolusionisme natural dan evolusionisme sosial.  Lingkupnnya yang satu adalah gejala-gejala alam, sedangkan yang lain adalah gejala-gejala kemasyarakat. 
              Herbert Spencer adalah tokoh yang menerapkan usaha Evolusionisme natural ke dalam analisisnya mengenai kebudayaan, peradaban, dan masyarakat. evolusionisme yang semulanya hanya mencangkup gejala-gejala alam, dalam perjalanannya mulai menjamah kepada masalah-masalah kemanusiaan, masyarakat dan kebudayaan. Meskipun demikian, evolusionisme Darwin dan Spencer telah menempatkan ilmu-ilmu alam sebagai kekuatan satu-satunya dalam memperkuat cita-cita perkembangan kehidupan manusia.
3.        Positivisme
              Positivisme,disamping memacu evolusionisme, juga memacu pertumbuhan psikologis sebagai ilmu modern. Psikologi awalnya sangat terkait erat dengan filsafat dan teologi, tetapi kemudian memisahkan diri. Konsep-konsep pemikirannya yang terkait erat dengan filsafat dan teologi pada waktu itu adalah mengenai dosa, hawa nafsu, dan pengaruh badan terhadap jiwa. Perkembangan pemikiran ini akhirnya sangat berpengaruh pila terhadap aspek kultural yang sifatnya terlepas-lepas dan serba menekan. Perkembangannya dikemudian hari, psikologi pun menjadi beraneka ragam seperti, munculnya “behaviorisme:, “gestal”, “psikologi pembangunan”, “ psikologi agama”,”psikologi sosial”, dan bahkan sampai kepada “ psikologi perusahaan.
4.        Sosiologisme
              Inti pandangan sosiologisme ini adalah keyakinan yang begitu kuat bahwa sosiologi merupakan sumber segala kepastian dan kebenaran.
5.        Determinisme
              Positivisme terus berkembang membentuk determinisme secara sektoral. Akibatnyan, muncullah determinisme yang bersifat psikologis, ekonomis, teologis, maupun sosiologis dan sebagainya.
6.        Materialisme
              Aliran filsafat materialism memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah materi belaka . Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia  adalah benda,  seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk material asalnya
7.        Fragmatisme.
       Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni masa Renainsans dan masa pencerahan. Masa Renainsans (abad ke-14 hingg ke-17) dan masa pencerahan (abad ke 18) adalah periode yang menjembatani abad pertengahan ke abad modern. [5]

IV.             KESIMPULAN
        Periode ini umumnya dibagi menjadi dua yakni masa Renainsans dan masa pencerahan. Masa Renainsans (abad ke-14 hingg ke-17) dan masa pencerahan (abad ke 18) adalah periode yang menjembatani abad pertengahan ke abad modern. Pemikir-pemikir besar zaman renainsans adalah machiavelli (1469-1527), Gallileo Gallilei, Francis Bacon. Dan pemikir besar zaman pencerahan adalah immanuel kant dan Georg Wihelm Friedrich Hegel (1770-1831). Dieara filsafat modern munculnya berbagai aliaran-aliran pemikiran yaitu diantaranya: positivisme, evolusionisme, psikologisme, sosiologis, determinisme, materialisme,  fragmatisme.

V.                PENUTUP
       Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan, sekiranya isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Saya  mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah yang selanjutnya. Mohom maaf apabila ada kesalahan dalam makalah saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.




[1] Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal 57
[2] A. Hanafi. (1981). Ihktisar sejarah filsafat barat. Jakarta: Pustaka Alhusna. Hlm. 55
[3]Aholiab, Watloly, Tanggung Jawab Pengetahuan, Yogyakarta, 2001, hal 66-71
[4]Yusuf Lubis, Akhyar, Filsafat Ilmu: Klasik hingga kontemporer, Jakarta, 2014, hal 14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar