Rabu, 10 Juni 2015

SIKAP (ATTITUDE) MATA KULIAH PSIKOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Sikap atau attitude sudah sejak lama menjadi salah satu konsep yang dianggap penting dalam Psikologi Sosial. Sikap merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku sebagai reaksi atau respons terhadap suatu rangsangan yang disertai dengan pendirian dan perasaan seseorang. Dalam hal ini, sikap dan perilaku merupakan salah satu unsur yang terdapat pada manusia. Keberadaannya kadang terlihat seiring dengan perilaku kesehariannya, namun terkadang sulit juga ditebak. Dua hal ini merupakan masalah psikologi yang kompleks.
Ketika para psikolog sosial berbicara tentang sikap seseorang, mereka merujuk pada kepercayaan dan perasaan yang terkait dengan seseorang atau suatu kejadian dan merujuk pada suatu tendensi perilaku sebagai hasilnya. Melalui sikap, maka seseorang dapat memberikan suatu cara yang efisien untuk menyesuaikan dunia. Oleh karena itu, pemakalah akan sedikit menguraikan pembahasan mengenai sikap, baik struktur, ciri-ciri maupun proses pembentukan dan pengubahan sikap.    
B.       Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian sikap dan struktur sikap?.
2.        Apa ciri-ciri dari sikap?.
3.        Bagaimana proses pembentukan dan pengubahan sikap?.
C.       Tujuan Penelitian
1.        Untuk mengetahui pengertian sikap dan struktur sikap.
2.        Untuk mengetahui cirri-ciri sikap.
3.        Untuk mengetahui proses pembentukan dan pengubahan sikap.


BAB II

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Sikap
Secara historis, istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Specer ditahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang (Allen, Guy, Edgley, 1980).[1] pada tahun 1888 Large menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan subyek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba. Oleh Large, kesiapan (set) yang terdapat dalam diri individu untuk memberikan respon itu disebut aufage atau task attitude. Jadi menurut istilah Large, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek repons fisik. Dan ketika Thomas dan Znaniecki di tahun 1918 (Allen, Guy, dan Edgley, 1980) mengatakan bahwa psikologi sosial adalah studi ilmiah mengenai sikap, maka konsepsi sikap pun telah diterima secara formal dalam dunia pengetahuan.
Puluhan definisi dan pengertian pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama, adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang teradap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Berkowitz, 1972). Kedua, kelompok ini yang diwakili oleh para ahli seperti Chave (1928), Bogardus (1931), La Pierre (1934). Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untukbereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.ketiga, menurut mereka konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek.
Manusia dapat mempunyai attitude terhadap bermacam-macam hal. Misalnya bagi kaum Muslimin, daging babi adalah haram, tidak disukai, dan dianggap kotor. Mungkin sekali seseorang yang betul-betul besikap demikian apabila dikatakan bahwa ia sedang makan babi, ia akan memuntahkannya. Ini adalah contoh mengenai sebuah  sikap (attitude) terhadap makanan. Attitude mungkin terarah pada benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lembaga, norma-norma, nilai-nilai dan lainnya.
A.    Sikap Sosial dan Sikap Individu
Manusia itu dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap-sipat tersebut dibentuk sepanjang perkembangannya. Attitude dapat dibedakan kedalam attitude sosial dan attitude individual.[2] Attitude sosial pernah dirumuskan sebagai berikut: Suatu attitude sosial yang dinyatakan dengan cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial. Attitude sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang0-ulang terhadap suatu obyek sosial, dan biasanya attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang, tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyarakat. Misalnya, penghormatan yang berkali-kali dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang terhadap bendera, menunjukkan adanya attitude kelompok tersebut terhadap benderanya..
Attitude individual berbeda dengan attitude sosial, yaitu:
1.        Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja, misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang tertentu.
2.        Attitude individual berkenaan dengan obyek-obyek yang bukan merupakan perhatian sosial.
Attitude individual terdiri atas kesukaan dan ketidaksukaan pribadi atas obyek, orang, binatang, dan hal-hal tertentu. Kita lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka atau tidak suka kepada seorang kawan atau seorang pesaing, dan terdapat peristiwa-peristiwa penting kehidupan kita. Dan disinilah attitude individual turut membentuk sifat pada pribadi diri kita pribadi.
2.      Ciri-Ciri Sikap
a.         Sikap tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif biogenesis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat dan lain-lain penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya, dan yang terdapat padanya sejak dilahirkan.
b.        Sifat dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang atau sebaliknya. Sikap dapat dipelajari sehingga sikap dapat berubah pada seseorang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu.
c.         Sikap tidak akan berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkaitan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d.        Obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi, sikap dapat berkaitan dengan dengan satu obyek saja, tetapi juga berkaitan dengan sederat obyek yang serupa.
e.         Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.[3]
Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju ke suatu tujuan, berusaha mencapai suatu tujuan. Sikap dpat merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan dan kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu.
Dalam hal ini, sikap juga berbeda dari tingkah laku. Tingkah laku itu hanya merupakan kelangsungan tingkah laku yang otomatis lberlangsung dengan sendirinya dan yang bermaksud untuk melancarkan atau mempermudah hidup saja. Contoh : kebiasaan ber-saikerei (menghormati) setiap hari Senin ke arah kediaman kaisar Jepang pada zaman pendudukan Jepang itu belum berarti bahwa orang-orang yang melakukanna mempnyai sikap tertentu terhadap Kaisar Jepang tersebut.
3.      Struktur Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative). Berikut penjelasannya:
a.         Komponen Kognitif (kepercayaan)
Komponen kognitif berisi kepercayaan seserang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Untuk memperjelas, penulis mencontohkan isu mengenai lokalisasi pelacur sebagai suatu obyek sikap. Dalam hal ini, komponen kognitif sikap terhadap lokalisasi pelacur adalah apa saja yang dipercayai seseorang yang mengenai lokalisasi tersebut. Seringkali dalam isu yang seperti ini, apa yang dipercaya seseorang itu merupakan stereotipe atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikirannya. Apabila telah terpolakan dalam fikiran bahwa pelacuran merupakan sesuatu yang negati ata tidak baik, lepas daripada maksud dan tujuan diadakannya lokalisasi. Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.
b.        Komponen Afektif (emosional)
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum, kompnen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
Sebagi contoh, dua orang yang mempunyai sikap negatif terhadap pelacur misalnya, yang seorang tidak menyukai pelacur dan ketidaksukaannya ini berkaitan dengan ketakutan akan akibat perbuatan pelacuran, sedangkan orang lain mewujudkan ketidaksukaanya dalam bentuk rasa benci aatu jijik terhadap segala sesuatu yang menyangkut pelacur.
Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi obyek tersebut. Bila kita percaya bahwa pelacuran akan membawa kekotoran dan ancaman terhadap kesehatan, maka akan terbentuk perasaan tidak suka atau afeksi yang ter-fevorabel terhadap pelacur.
c.         Komponen Konatif (perilaku)
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap nstimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual. Karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek. Contohnya, apabila orang percaya bahwa daging kuda tidak enak rasanya, dan ia merasa tidak suka pada daging kuda, maka wajarlah apabila ia tak mau makan daging kuda.
4.      Pembentukan Sikap dan Pengubahan Sikap
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu yang akan dijelaskan berikut ini:
a.         Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Secara umum, pembentukan dan pengubahan sikap dapat terjadi melalui empat cara, antara lain:
1.      Adaptasi
2.      Diferensiasi
3.      Integrasi
4.      Trauma
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap, antara lain:
1.      Faktor Intern, yaitu faktor yang terdapat pada diri orang yang bersangkutan. Kita tidak dapat menangkap seluruh perangsang dari luar melalui persepsi kita. Oleh karena itu, kita cenderung melakukan seleksi atas rangsangan-rangsangan yang ada.
2.      Faktor Ekstern, yaitu berasal dari luar diri orang yang bersangkutan. Faktor ini, antara lain menyangkut:
a.        Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
b.      Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
c.        Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap
d.      Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
e.        Situasi pada saat sikap itu dibentuk 


b.        Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Yang dimaksudkan interaksi di luar kelompok ialah interaksi dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat komunikasi  seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah, dan lain-lainnya. Tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi di luar kelompoknya itu sendiri belum cukup  untuk menyebabkan berubahnya sikap atau terbentuknya sikap baru. Faktor-faktor lain yang turut memegang peranannya ialah faktor-faktor intern di dalam diri manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat-perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut ditentukan pula oleh motif-motif dan sikap lainnya yang sudah terdapat dalam diri pribadi orang itu. Jadi dalam pembentukan dan perubahan sikap itu terdapat faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern pribadi individu yang memegang peranannya. 








[1] Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,1995) Hlm. 3.
[2] W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2004) Hlm.162.
[3] W.A. Gerungan Psikologi Sosial, (Bandung : PT Refika Aditama, 2004) Hlm. 163-164.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar